Pusaran.Net - Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) terus mendorong para generasi muda untuk memiliki etos kerja serta daya juang yang tinggi di era digital ini.
Banyak orang yang berpikir apa yang membawa saya ada di posisi sekarang adalah privileged karena saya anak siapa atau karena apa. Padahal bukan itu, untuk mencapai hal ini atau kesuksesan sekarang kita butuh berjuang. Istilahnya No Pain No Gain. Jangan pernah merasa itu hak saya, tapi you have to earn. Merasalah bahwa kita layak mendapat sesuatu karena kita berjuang, mau berusaha, mau belajar, kata Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak saat membuka acara Penguatan Revolusi Mental Bagi Generasi Millenial Menuju Indonesia Berkarakter di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, Minggu (29/9/2019).
"Misal yang muda melihat yang tua bukan lambat namun hati-hati atau penuh perhitungan. Sebaliknya pun juga yang tua melihat yang muda energik penuh semangat. Jadi yang diperlukan adalah kolaborasi bersama. Usia bukan determinan tidak ada orang yang lebih muda atau lebih tua, katanya.
Ia menambahkan, era saat ini orang tidak boleh hanya sekedar mendewakan pengalaman yang mereka punya, karena justru akan membuatnya menjadi kaku. Sebaliknya, pengalaman akan menjadi aset bila digunakan untuk membuat langkah atau inovasi baru.
"Kalau orang yang mendewakan pengalaman kemudian men-judge orang lain tidak berpengalaman dan kuno itu yang bahaya. Harusnya pengalaman memperkuat kita untuk merancang inovasi baru, jelasnya.

Kami harap generasi muda jangan hanya ikut arus tapi juga memperkuat core kompetensi kita, terangnya.
Ada lima hal yang dibutuhkan untuk mendukung gerakan nasional revolusi mental. Lima hal tersebut yaitu gerakan Indonesia Melayani, program nasional Indonesia bersih, Indonesia tertib, Indonesia Mandiri dan Indonesia bersatu.
Kita butuh sesuatu untuk membuat Indonesia maju yakni memperbaiki kualitas SDM kita. Jadi etos kerja harus bagus, kerja keras, dan jangan lupa budi pekerti luhur. Kesuksesan individu bisa membawa kegagalan kolektif kalau hanya fokus pada individu atau diri sendiri saja. Mari kita hindari itu kita mulai dengan revolusi mental, pungkasnya.(pn2)
Editor : Redaksi