Pusaran.Net Situasi pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan akan berakhir membuat kegiatan belajar-mengajar masih tetap dipusatkan di rumah masing-masing hingga bulan-bulan mendatang. Beban orangtua dalam mendampingi putra-putrinya belajar pun makin berat.
Tak sedikit orangtua yang akhirnya menyerah dan merelakan putra putrinya menggunakan gawai atau gadget secara berlebihan, yang biasanya dilakukan untuk bermain dan menonton YouTube.
Berangkat dari keprihatinan atas kondisi ini, tim dosen dari Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur aktif melakukan pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan pada anak-anak usia SD maupun guru-guru di sekolah-sekolah sekitar kampus tentang bahaya kecanduan gadget pada anak-anak.
Kasus-kasus kecanduan gawai berat sudah banyak ditemukan dibeberapa RS jiwa dan semakin meningkat dari tahun ke tahun, khususnya di era Pandemi Covid-19 setahun terakhir lebih ini, jelas Aulia Rahmawati, Ph.D, Ketua Tim Penyuluh kepada awak media, Senin (31/5/2021).
Menurut Aulia, kegiatan penyuluhan dan pendampingan ini telah dimulai sejak sebelum pandemi, yaitu diawal tahun 2020.
Tim Penyuluh yang terdiri dari dua orang dosen dan lima orang mahasiswa ini melakukan edukasi secara daring. Jika pada tahun 2020 fokus edukasi adalah untuk para murid SD, maka tahun 2021 ini kegiatan lebih ditujukan untuk para guru SD, sambung alumnus Cardiff University, Inggris ini.
Aulia menjelaskan, timnya mendapat banyak curhat dari para guru tentang permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran daring selama pandemi, seperti ketika berdialog dengan guru-guru Sekolah Dasar Negeri Kalirungkut IV sebagai SD Negeri binaan Jurusan Ilmu Komunikasi UPN.
Karena kecanduan gadget, murid-murid jadi malas-malasan mengikuti pelajaran secara daring. Anak-anak lebih sering mendengarkan pelajaran disambi main game di gadget-nya, ungkap Aulia.
WHO sendiri, lanjut Aulia, merekomendasikan penggunaan gawai tidak lebih dari dua jam setiap harinya pada anak usia SD. Pengunaan gadget untuk kegiatan belajar-mengajar juga tidak bisa dilakukan berjam-jam setiap harinya. Melihat layar terlalu lama bisa membuat mata cepat lelah sehingga sekolah online harus dibatasi paling lama 1 hingga 1,5 jam, saran Aulia.
Tim penyuluh juga merekomendasikan beberapa permainan online yang edukatif yang bisa menjadikan sekolah online lebih asyik.Tim penyuluh juga mengajari para guru untuk mengaktifkan fitur parental control pada media sosial untuk membatasi akses konten-konten dewasa.
Selain itu, imbuh Aulia, tim juga memberikan materi khusus untuk penggunaan aplikasi Schoology untuk menilai dan mengumpulkan tugas para siswa.
Penyuluhan ini telah menjadi kegiatan rutin setiap semester dan akan dilaksanakan lagi diakhir tahun mendatang, pungkas dosen yang juga Kepala Pusat Penjaminan Mutu Internasional, UPN Veteran Jatim ini.(pn1)
Editor : Redaksi