Wali Kota Eri tidak ingin jika nanti ada perbedaan di sekolah sehingga menyebabkan adanya rasa minder antara siswa satu dengan lainnya.
“Kemarin yang keluarga miskin sudah mendapatkan seragam, ojo sampai telat, lek telat ojo suwi-suwi (jangan sampai telat, walaupun telat jangan terlalu lama), dua hari maksimal tiga hari lah,” kata Wali Kota Eri, Senin (15/7/2024).
Baca Juga: Hari Pertama Masuk Sekolah, 30.000 Siswa SD Negeri-Swasta se-Surabaya Ikuti MPLS
Selain seragam, Wali Kota Eri menjelaskan, pemkot juga menyediakan tas baru untuk siswa kurang mampu. Tujuannya, agar para siswa yang menjalani MPLS hari tidak merasa minder di sekolah.
Selain itu, ia juga menyampaikan pesan kepada para orang tua agar tidak memaksakan diri ketika anaknya tidak bisa masuk sekolah negeri. Menurutnya, sekolah negeri dan swasta tidak ada bedanya.
“Saya pastikan kalau hari ini sudah ditutup, sudah tidak ada lagi kuota di negeri. Kecuali, memang di negeri ada yang kosong dan itu berdasarkan zona yang ditentukan. Karena sebelumnya sudah dirapatkan bersama Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) sekolah swasta se-Surabaya,” sampainya.
Baca Juga: Momen Masa Orientasi Orang Tua Siswa, Wali Kota Eri Cahyadi: Sekolah Negeri atau Swasta Sama Saja
Maka dari itu, Wali Kota Eri menegaskan, kepada para orang tua untuk selalu memberikan semangat kepada anaknya meskipun harus mengenyam pendidikan di sekolah swasta. Pemkot melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya saat ini juga sedang menggodok aturan agar tidak ada perbedaan materi pembelajaran di sekolah negeri maupun swasta.
“Karena negeri dan swasta insyaallah akan kita atur bersama tidak ada perbedaan. Ayo dikuatkan, disiapkan anak-anaknya untuk menjadi pemimpin di masa mendatang tanpa ada perbedaan negeri dan swasta, merasa paling pandai atau tidak,” tegasnya.
Baca Juga: MPLS Siswa Baru, SDN Menanggal 601 Surabaya Ajarkan Peduli Lansia
Ia menambahkan, agar para siswa tidak melakukan bullying ketika MPLS berlangsung di Kota Surabaya. Sebab, menurutnya, MPLS bukanlah ajang untuk saling membully, akan tetapi masa pengenalan siswa baru dengan lingkungannya.
“Jadi dikenalkan, kalau di Surabaya ini nggak ada bully-bullyan. Nah, Osis itu adalah nantinya mengkader anak-anak untuk menjadi bagian mengenalkan budaya arek Suroboyo, saling menghormati, sehingga tidak ada bully-bully-an,” tandasnya. (pn2)