Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya memupuk kreativitas anak-anak di Kota Pahlawan. Sebab, Dispendik tidak hanya membekali pelajar dengan sisi akademis, tapi juga non-akademis.
“Kami ingin anak-anak Kota Surabaya mengembangkan seluruh talenta, bakat, dan minatnya sesuai dengan yang dimiliki. Kami akan fasilitasi,” kata Yusuf Masruh, Jumat (19/5/2023).
Baca Juga: Diknas Surabaya Hapus PR Bagi Siswa: Upaya Dekatkan dengan Keluarga
Selain menjadi bagian pengembangan kreativitas, UKK ini merupakan implementasi Sekolahe Arek Suroboyo (SAS) yang sudah berjalan sejak 10 November 2022 lalu. Yusuf menjelaskan, program SAS memberikan pilihan kepada siswa untuk pengembangan pendidikan karakter.
"Sekolah-sekolah akan memfasilitasi sesuai dengan karakter masing-masing sekolah," ujarnya.
Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Dasar (Sekdas) Dispendik Kota Surabaya, Munaiyah menambahkan, ada sekitar 500 lembaga jenjang SD yang menyelenggarakan UKK. Masing-masing sekolah menampilkan produk UKK serta produk dari implementasi kurikulum merdeka bagi siswa kelas I sampai kelas IV. “Selamat untuk seluruh anak-anak di Kota Surabaya,” jelasnya.
Baca Juga: SIER Kenalkan AI dan Coding kepada Siswa SD Lewat Program ‘SIER Mengajar’
Hal yang sama juga disampaikan Kepala SDN Rangkah VI Rita Erwiyah. Ia menyebut, UKK merupakan hasil kolaborasi dari pihak sekolah dengan orang tua atau wali murid melalui komite. "Acara ini diharapkan mampu memberikan bekal kepada seluruh anak-anak untuk terus inovatif," harap dia.
Salah satu produk yang ditampilkan dalam UKK ini adalah Ecoprint dari SDN Rangkah VI karya Cindy Aiszah, Zahra Almaira Firmansya, Keysa Azzara Asmita, dan Keyza Ayuni Putri Davina. Ecoprint merupakan pemindahan serat daun dan bunga ke atas permukaan kain.
Baca Juga: Dispendik Surabaya Umumkan Empat Jalur SPMB SMP Negeri 2025, Sistem Zonasi Dihapus
Cindy Aiszah menjelaskan jika tidak semua daun bisa digunakan untuk ecoprint. Sebab, ada beberapa daun yang tidak bisa keluar warnanya. “Kami biasanya menggunakan daun jati, daun pepaya, serta daun kenikir. Daun ini bisa mengeluarkan warna di atas permukaan daun,” kata Cindy.
Menurutnya, proses pembuatan ecoprint berlangsung sekitar satu bulan. Daun yang terpilih diletakkan di atas kain kemudian dipukul-pukul menggunakan kayu sampai keluar warnanya. "Warna yang keluar kemudian menempel pada kain yang dipersiapkan," pungkasnya. (pn2)