Pusaran.Net - Desain keserentakan Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2024 dapat menekan terjadinya polarisasi yang terjadi antar Peserta Pemilu maupun masyarakat luas.
Faktanya, pada Pemilu 2019 semua partai politik berebut suara untuk dapat dikonversi menjadi kursi. Namun di sisi lain mereka mempunyai calon Presiden dan Wakil Presiden yang sama.
Baca Juga: Raih 980.380 Suara, Eri Cahyadi Resmi Jadi Wali Kota Surabaya Periode 2025 - 2030
Demikian dikatakan Ketua KPU Hasyim Asy'ari saat menjadi Narasumber pada Sarasehan yang digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) dengan tajuk “Gagasan Kebangsaan dalam Kewargaan Inklusif dan Politik Kesejahteraan” pada Selasa, 19 Juli 2022.
“Hal tersebut menunjukkan adanya mekanisme saling membangun, mempertahankan, dan menuju tujuan kita dalam bernegara,” kata Hasyim.
Kondisi serupa, masih menurut Hasyim diprediksi akan terjadi pada gelaran Pemilu Serentak 2024.
“Yang terjadi pada Pemilu tersebut, partai politik berebut untuk mendapatkan kursi. Namun tidak terlalu lama, partai akan mencari magnet masing-masing, terutama bagi DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota karena akan ada koalisi baru untuk Pemilihan Kepala Daerah,” terang Hasyim.
Untuk itu Hasyim menegaskan desain keserentakan Pemilu 2024 dapat mendorong terciptanya Bhinneka Tunggal Ika.
“Pada titik ini penting bagi dunia akademik untuk belajar kepada Pemilu Indonesia, bagaimana praktik konflik-konsensus dan pemilu sebagai sarana integrasi bangsa dipraktikkan,” tegas Hasyim.
Lebih lanjut Hasyim mengatakan tidak terlalu sepakat terhadap pandangan pemilu sebagai pesta demokasi. Ketua KPU ini lebih suka memaknai pemilu sebagai kerja demokrasi.
"Siapapun bisa ikut terlibat dalam menyelenggarakan demokrasi dan pemilu," terang Hasyim.
Hasyim melanjutkan, KPU tidak bisa bekerja sendirian. Harus bekerja dengan berbagai pihak.
Baca Juga: KPU Telah Lakukan Antisapasi Daerah Rawan Konflik di Pilkada Jatim
"KPU adalah lembaga layanan yang bertugas melayani dan memanage orang yang sedang berkonflik. Oleh karena itu KPU dan jajaran jangan sampai menajdi faktor penyebab konflik," tandas Hasyim mengakhiri pembicaraannya.
Senada dengan Ketua KPU RI, Ketua Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI) Rahmat Bagja meyampaikan hal yang sama. Ia mempercayai jika pemilu inklusif sudah ada sejak dulu.
“Pemilu 1955 mengajarkan bahwa bangsa kita biasa dengan konflik, maka terjadinya terjadinya polarisasi pada Pemilu 2019 sudah bisa diprediksi,” terangnya.
Pembicara berikutnya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari PDI Perjuangan, Jarot Syaiful Hidayat memberikan penekanan bahwa demokrasi adalah alat, bukan tujuan.
Tujuannya bagaimana mewujudkan visi kebangsaan, Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Jarot juga menyoroti munculnya konflik di internal partai politik dengan sistem pemilu saat ini.
Sedangkan Anggota DPR RI dari Partai Nasdem, Wily Aditya menyampaikan pendapat Bung Karno soal dua model politik.
Baca Juga: Perwakilan 36 Negara Akan Meninjau Pelaksanaan Pilkada Serentak di Jatim
Pertama adalah Low politik atau politik tingkat rendah, berupa kontestasi politik merebut kekuasaan. Yang kedua, Willy menyampaikan soal High politik, atau politik tingkat tinggi yang merupakan politik kebangsaan.
Sebelumnya, dalam sambutan pembukaan, Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo menyampaikan 4 pilar Brawijayan yang menjadi gen peradaban.
Empat pilar tersebut meliputi kesatuan, globalisasi, toleransi, serta kesetiaan dan kesetaraan.
“ini merupakan konsep kebangsaan yang kita usung sebagai kampus dengan tagline World Class University,”, terang Widodo.
Untuk diketahui, agenda dimulai pada pukul 14.00 dan berlangsung selama kurang lebih dua setegah jam. Bertempat di Auditorium Nuswantara Lantai 7 FISIP Universitas Brawijaya.
Selain segenap civitas akademika FISIP UB, hadir pula dalam sarasehan, Ketua dan Anggota KPU Provinsi Jawa Timur, Ketua dan Anggota KPU Kabupaten/Kota sekitar. Alumni FISIP UB, Bram Herlambang yang merupakan jurnalis CNN Indonesia bertindak sebagai pemandu acara. (pn1).
Editor : Wasi