Pusaran.Net Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi buka-bukaan mengungkapkan kesedihannya menyaksikan lonjakan kasus Covid-19 di Kota Pahlawan. Bukan hanya rumah sakit yang penuh, bahkan proses pemulasaran jenazah pun harus menunggu 10 jam hingga jenazah pasienn Covid-19 bisa dibawa ke pemakaman.
Karena saya sedih, ketika kemarin sampai enggak bisa tidur saat warga Surabaya meninggal (dimakamkan) antrenya sampai 10 jam," kata Eri dalam program Mata Najwa, Rabu malam (30/6/2021).
Di akun Instagram-nya, @ericahyadi_, Eri memang mengunggah bagaimana pemulasaran jenazah yang harus menunggu berjam-jam. Untuk mengeluarkan jenazah dari rumah sakit hingga siap dimakamkan saja perlu waktu sangat lama, karena antreannya panjang, mengingat setiap hari selalu ada warga yang meninggal. Total sudah ada 2.700 warga Surabaya yang meninggal dengan pemakaman berbasis protokol kesehatan.
Saya harus sampaikan kabar tidak enak ini: sekarang bukan hanya rumah sakit yang penuh sesak, tapi juga layanan pemulasaran jenazah. Saya turun ke lapangan. Mengetahui ada salah satu rumah sakit yang proses pemulasaran jenazahnya harus antri berjam-jam, ujarnya.
Apa yang dilakukan Eri? Mantan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu langsung membikin fasilitas pemulasaran jenazah untuk membantu rumah sakit. Jadi jenazah dari rumah sakit langsung dibawa ke fasilitas pemulasaran jenazah milik Pemkot Surabaya untuk diproses, mulai dari dimandikan, dikafani, disalatkan, dan dimakamkan.
Kita putuskan: khusus warga Surabaya, pemulasaran jenazahnya bisa dilakukan di TPU Keputih. Pemkot Surabaya menyiapkan berbagai kebutuhan untuk pemulasaran jenazah, mulai dari modin dan pemandian beserta kebutuhan lainnya. Termasuk fasilitas-fasilitasnya seperti tempat jenazah yang tadi saya cek langsung persiapannya, tulis Eri
Jadi mulai memandikan, menyalati, hingga dimakamkan bisa dilakukan di TPU Keputih langsung khusus untuk pasien Covid-19 warga Surabaya, sehingga tidak perlu jauh-jauh. Dan yang terpenting: tidak harus menunggu berjam-jam proses pemulasaran di rumah sakit, imbuhnya.
Dalam program Mata Najwa, Eri juga tampak tengah melakukan sidak di sejumlah warung makan dan restoran. Eri mengaku bersyukur warga Surabaya mulai mematuhi aturan PPKM Mikro. Alhamdulillah pada dengerin," kata Eri.
Eri memakai pendekatan persuasif yang menyentuh hati warga. Dia tidak ingin sekadar semena-mena menegakkan aturan tanpa menyentuh hati warga.
"Karena saya selalu berusaha bahwa pemerintah bukan semena-mena, bukan saya tidak cinta kepada warga Surabaya. Tapi yang bisa memutus mata rantai ini warga, jadi saya cuma bilang tolong selamatkan orang-orang terdekat, selamatkan orang yang kita cintai dengan menaati protokol kesehatan," sambungnya.
"(Aturan ini) Bukan untuk wali kotanya, bukan untuk pemerintahnya," imbuhnya
Dia bersyukur, warga mulai disiplin soal pentingnya protokol kesehatan. "Alhamdulillah dengan pendekatan seperti itu pada tersentuh hatinya," tuturnya.
Selain itu, kata Eri, ia telah membantuk relawan pemuda yang membantu penanganan Covid-19.
"Di Surabaya saya bentuk `Surabaya Memanggil` yang terdiri dari relawan anak muda yang sekarang juga ikut bergerak. Ada yang membantu dengan donasi, beras, tapi ada juga yang membantu dengan tenaganya," jelasnya.
Editor : Redaksi